Perjalana
Hidupku
Sekitar 20
tahun yang lalu, lahirlah seorang anak laki-laki dari pasangan Modding dan
Suaeba. Yaitu tepatnya pada tanggal 9 sepetember 1994, yang kemudian di beri
nama junaedi yang lebih sering di panggil dengan nama Dedi. Dedi lahir dari
kalangan rakyat biasa dengan mata pencaharian sebagai petani. Masa kanak-kanak
di habiskan di desa tercinta yaitu desa Tonrorita. yang sekarang menjadi
Kelurahan Tonrorita. Desa yang jauh dari perkotaan, mungkin sekitar kurang
lebih 100 Km dari ibu kota Kabupaten Gowa (Sungguminasa) Sulawesi selatan. Ketika
beranjak usia sekolah yaitu memasuki umur 6 tahun Dedi di masukkan di salah satu
Sekolah Dasar Ngerei (SDN) yang tidak jauh dari rumahya yaitu Sekolah Dasar
Negeri (SDN) Tonrorita.
Ketika baru pertama masuk sekolah, Dedi tidak terlalu kesulitan dalam mengenali huruf-huruf maupun angka-angka. Karena sebelum masuk sekolah, Dedi sudah di bekali oleh orang tuannya beberapa pengenalan tentang huruf maupun angkah-angkah. Bahkan waktu itu sebelum masuk sekolah, Dedi sudah mampu mengejah menyambung huruf menjadi sebuah kata. Pada tahun 2001, SD pada waktu itu masih system caturwulan. Pada caturwulan pertama Dedi sempat meraih peringkat pertama di kelasnya. Bimbingan orang tualah yang membuat Dedi mencapai prestasi itu, orang tua Dedi termasuk orang yang berpendidikan. Ayahnya lulusan S 1 disalah satu perguruan tinggi agama islam di jeneponto yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam STAI Al Amanah Jeneponto, sedangkan ibunya merupakan lulusan Pendidikan Guru Agama Islam (PGAI) di Ujung Pandang yang sekarang menjadi Mandrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Makassar.
Selama sekolah
di SD, dedi tidak pernah tinggal kelas, dia juga merupakan murid yang sangat
aktif terutama di bidang Olahraga. Dedi pernah mewakili sekolahnya dalam
pertandingan Sepak Takraw di Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) RI dan dia
berhasil menjadi juara ke II Se-Kecamatan dengan mengalahkan beberapa sekolah.
Selain sepak
takraw, Dedi juga pandai bermain sepak bola bahkan dia sempat bercita-cinta
ingin menjadi pemain bola yang disiarkan di TV-TV. Kepandaian sepak bola yang
dimiliki Dedi merupakan keturunan dari sang ayah, yang merupakan salah satu
dari anggota tim sepak bola kelurahan Tonrorita saat itu. Karena pandaiannya
bermain sepak bola itu kepala desa pada saat itu (Saharuddin Dg Matta) sering
membawa anak-anak dari dusun tetangga untuk melawan timnya. Namun tim Dedi dan
kawan-kawan tak pernah dikalahkan.
Pada waktu
itulah Dedi semakin di kenal di kalangan anak-anak SD, waktu itu Dedi bagaikan
Pemain sepak bola terkenal yang di kenal diman-mana. Pernah suatu ketika, Dedi
berjalan sendirian, di tengah perjalan dia disapa oleh anak yan seumurannya
“Hayy.. Dedi..!” Dedi merasa bingun waktu itu karena dia tidak mengenal siapa
yang menyapanya. “Dengan siapa ya..?” Tanya Dedi. “Saya murid dari SDI
tompo’nan yang sering kau lawan main bola”.
Selam 6 tahun
di Sekolah Dasar, Dedi termasuk siswa yang bisa dibilang nggak bodo-bodo amat itu terbukti sampai tamat di SD dia selalu
masuk dalam deretan 10 besar. Prestasi yang paling buruk yang Dedi dialami
yaitu ketika Duduk dibangku kelas 4 SD. Inilah satu-satunya prestasi yang
paling buruk karena menduduki peringkat ke 9.
Tahun 2007 Dedi
menyelesaikan pedidikan ditingkat Sekolah Dasar (SD). Selesai pengumuman hasil
ujian dan semuanya dinyatakan lulus. Dedi sempat dilema waktu itu karena
keinginannya untuk sekolah di sekolah umum tak mndapat prsetujuan dari orang
tua. Kebetulan di Desa tempat dedi tinggal terdapat dua Sekolah Lanjutan Pertama
yaitu Madrasah Tsanawita YAPIT Tonrorita dan SMP Negeri 1 Biring Bulu. Walau
pun pada akhirnya Dedi melanjutkan sekolah di sekolah pilihan orang tuanya
Dedi yang ingin
sekolah di SMP tak mendapat izin dari orang tua, bebrapa kali Dedi berusaha
menyakinkan orang tuanya agar di izinkan untuk sekolah SMP saja. Dedi mamilih
untuk melanjutkan sekolah di SMP karena kakaknya juga pernah bersekolah di SMP
itu dan sebagian besar teman-temannya di SD juga melanjutkan sekolah di SMP.
Bukan hanya orang tuanya, bahkan kakaknya sendiri yang alumni SMP Negeri 1
Biring Bulu tidak mendukungnya.
Orang tuanya
juga memiliki alasan kenapa dia tidak tidak membiarkan Dedi untuk sekolah SMP
Negeri 1 Biring Bulu dengan pertimbangan jarak yang cukup jauh, sekitar 2 km
dari rumah dibandingkan dengan sekolah MTs YAPIT Tonrorita yang jaraknya hanya
kurang lebih 200 meter dari rumahnya. Alasan lain kerana ayah Dedi waktu itu
merupakan salah satu tenaga pengajar di MTs YAPIT Tonrorita. Untuk agar lebih
mudah mengontrol Dedi, makanya disuruh sekolah MTS saja.
Waktu itu Dedi
hanya berpikir,”ya sudahlah ikutin aja apa kata orang tua, mudah-mudahan ini
yang terbaik untuk saya”. Tahun ajaran baru pun mulai berjalan, Dedi sudah
memiliki banyak teman baru dari berbagai berbagai sekolah lain yang juga
melanjutkan sekolah di MTs YAPIT Tonrorita. Selain teman-teman baru, ternya
banyak juga teman-temannya dari SD yang melanjutkan sekolah di MTs, misalnya
Syamsir, Abd Karim, Salmawati, Rifdayanti.dan bahkan Salah satu temannya yang
dari SD adalah Nurhayati yang merupakan murid terpintar ketika di SD.
Nurhayati yang
biasa panggil Athy memiliki prestasi yang cukup cemerlang waktu di SD. Mulai
dari kelas 1 SD sampai kelas 6 tak ada seorang pun yang mampu mengantikan
posisinya di peringkat pertama, dia selalu menjadi juara umum di kelas ketika
acara kenaikan kelas.
Bagi Dedi satu
sekolah dengan orang terpintar waktu SD tidak menjadi masalah, bahkan itu
dijadikan sebagai pemotivasi untuk tetap belajar agar bisa bersaing. Semester
pertama di MTs YAPIT Tomrorita, Athy berhasil mendapat peringkat pertama dan
menempatkan Dedi di peringkat ke dua dengan hanya bebrapa selisi angka. Di
semester kedua Dedi berhasil meduduki peringkat pertama dan menggeser Athy ke
peringkat kedua. Selama sekolah di MTs, Dedi memiliki prestasi yang cukup
cemerlang dibadingkan ketika masih duduk di bangku SD. Dari semester pertama
sampai terakhir Dedi berkali-kali mendapat perinkat pertama salin bertukaran
posisi dengan Athy.
Semangat
belajar Dedi ketika sekolah di MTs memang sangat tinggi, karena ia tidak ingin
mengecewakan ayahnya yang merupakan salah satu tenaga pengajar di MTs YAPIT
Tonrorita. Setiap MID maupun semester Dedi selalu mendatangi rumah gurunya
untuk belajar tentang mata pelajaran yang akan di MIDkan besoknbya. Ketika
pengumuman hasil Ujian Nasiona (UN) Dedi hanya mampu menempati posisi ke 3,
baginya itu sudah luar biasa. Cuma yang menherankan, yang mendapat peringkat
pertama adalah temanya tidak pernah di perhitungkan akan mendapat juara. Dan
tepatnya tahun 2010 di selesai di MTs YAPIT Tomrorita.
Selesai di MTs
YAPIT Tonrorita, Dedi melanjut sekolah di salah satu agama yang bkebetulan berseblahan
dengan MTs YAPIT Tonrorita. Yaitu Madrasah Aliyah/MA Al-Mubarak Tonrorita. Sebenarnya
Dedi ingin melanjutkan sekolah di kota sama seperti kakanya yang setelah tamat
di SMP langsung melajutkan sekolah di SMA Negeri 1 Sungguminasa. Namun
lagi-lagi karena tidak ada dukungan dari orang tua dengan alas an kalau Dedi
sekolah di Kota rumah akan terasa sunyi, karena dedi hanya dua bersaudara dan
dia anak terkahir. Apalagi waktu itu ayah Dedi sering ke kota untuk
menyelesaikan berbagai urusan.
Dedi sempat
merasa kalau dia berlakukan tidak adil dengan kakaknya, karena waktu itu banyak
keinginanya yang tidak pernah di turuti. Pertama ketika ingin sekolah di SMP
orang tuanya tidak mengizinkan dan kedua ketika ingin melanjutkan sekolah di
kota orang tua pun tak mengizinkan pada hal kakaknya di izinkan. Tapi lambat
laun Dedi mulai mengerti, kalau dia sekolah di Makassar siapa yang akan bantu
orang tuanya di kebun. Paling tidak dengan bersekolah di kampung dia bisa
membatu orang tuanya sepulang sekolah.
Dedi juga
beranggapa “Dimana pun kita sekolah, baik itu sekolah terbaik kalau kita malas
belajar sama saja. Dan apa yan menjkadi pilhan orang tua pasti itu yang
terbaik, karena setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya”
Di MA
Al-Mubarak Tonrorita tempat Dedi melanjutkan sekolahnya di Lanjutan Tingkat
Atas, di sekolah inilah dia mulai bertemu lagi denan teman-temannya sewaktu
masih di bangku SD. Selain itu, banyak juga teman-temannya dari MTs yan
melanjutkan sekolah MA Al-Mubarak Tonrorita termasuk Athy yang menjadi
saingannya di MTs. Prestasi Dedi di MA cukup bagus karena dia selalu masuk
deretan 5 besar. Dan disinalah dia mulai mengikuti kegiatan Exkul seperti
pramuka, kaligrafi dan olahraga. Pada tahun 2012 dia mengikuti perkemahan di
Pondok Pesantren GUPPI Samata yang diadakan oleh kementrian agama Kab. Gowa.
Yang tidak jauh dari kampus II UIN Alauddin Makassar. Pada tahun yang sama
tepatnya bulan november di mengikuti lagi Kemah Jambore Pramuka Madrsah (KEJAR
PRAKARSAH) ke I se Kab. Gowa.
Pada tahun 2013
dedi mengikuti POSPEDA (Pekan Olahraha Dan Seni se_Daerah) Kab. Gowa. Dan berhasil
menjadio juara bpertama pada cabang Volly Ball. Karena menjadi juara pertama,
Dedi beserta teman-temannya terpilah mewakili Kab. Gowa ditingkat provinsi yang
waktu itu dilaksanakan di Asrama Haji sudian. Di tingkat provinsi ini Dedi dan
teman-temannya hanya merai posisi ke 4 Se_Provinsi Sulawesi Selatan.
Hampir lupa
penulis menceritakan, detik-detik Ujian Nasional tingkat SMA. Sebulum berangkat
UN ada pesan yang mungkin tadak akan terlupakan oleh Dedi yaitu pesan sang
ayah. Seebelum berangkat UN yan pada waktu itu di laksanakan di MAN Malakaji,
sang ayah bercerita kepada Dedi bahwa “dulu ada seorang anak yang juga akan
prgi ujian lalu orang tuanya berkata ”Jika engkau ingin lulus dengan nilai
tertinggi, maka sebelum mengerjakan soal ujian ingat dan hadirkan wajah kedua
orang tuamu dalam benakmu”, sang anak mengikuti perkataan oran tuanya dan
alhasil ketika pengumuman kelua sang anak ini dinyatakan lulus dengan nilai
tertinggi di sekolahnya.
Inilah yang
Dedi coba lakukan ktika akan menjawab soal Ujian Nasional. Setiap sebelum
mengerjakan soal UN dedi selalu berusah mengingan dan menghadirka wajah kedua
orang tuanya. Dan ketika hasil UN sudah keluar hasilnya pun positif Dedi
dinyatakan lulu denan nulai tertinggi di sekolahnya. Inilah keajaiban dari
pesan orang tua.
Selesai UN, ada
cobaan yang melanda keluarga dedi dimana kesehatan Suaeba ibu Dedi mulai
menurun, semakin hari kesehatan ibu semakin menurun. Ketika penyakit ibu Dedi
tambah parah dan hanya bisa terbaring merasakan sakit di bagian lambungnya,
seluruh tubuh mulai membengkak, disini Dedi merasakan betul bagaimana rasanya
mengurus rumah maulai dari membersihkan rumah sampai memasak, semua itu Dedi
lakukan. Bahkan hampir satu bulan berturut Dedi tidak pergi smpat shalat jumat
karena harus menjaga sang ibu. Inilah saat-saat tersulit yang pernah dirasakan
oleh Dedi
Sudah berbagai
macam cara sudah dilakukan untuk mengobati sang ibu tapi hasil tak ada
perubahan. Dan seluruh keluarga memutuskan untuk membawa sang ibu ke Rumah
sakit. Ibu Dedi dibawa ke Rumah Sakit Syech Yusuf Kallontala Kab. Gowa. Sampai
Dirumah sakit, setelah menjalani pemeriksaan dokter mendiagnosa ibu Dedi
bermasalah dengan jantungnya dan itulah yang menyebabkan seluruh tubuhnya
membengkak. Sampai-samapai ketika Dedi datang menjenguk ibunya dia sempat tidak
mngenali ibunya karena seluruh tubunhya membengkak. Di saat itulah dedi tak
kuasa menahan air matanya melihat kondisi ibunya yang seperti itu apalagi waktu
itu ibunya sempat berkata “Nak.. jangan maki dulu kuliah, tahun depanpi tunggu
ibu sembuh dulu karena siapa yang akan menjaga ibu dirumah kalau kau kuliah”.
Air mata dedi makin mengalir deras tak tertahankan mendengar perkataan sang ibu.
Dari hari
kehari selama menjalani perawatan di RS keadaan ibu Dedi makin membaik sampai
akhirnya diiznkan pulang oleh dokter. Sepulang dari RS, ibu Dedi tidak tinggal
di rumahnya Beliau tingga di rumah saudaranya. Karena disitu lebih aman dan ada
juga keponakan yang bisa mengurusnya.
Dan waktu itupun tes SBMPTN untuk memasuki
perguruan tinggi sudah hampir dimulai. Dedi yang waktru itu mengmbil IPC jalur
SBMPTN memilih 3 jurusan. Yang pertama jurusan Bimbingan Konseling (BK) di UNM,
kedua Pendidikan Matematika di UIN dan yang ketiga Jurusan Jurnalistik di UIN.
Dedi sengaja memasukka kampus UIN sebagai pilihan kedua dan ketiga karena
kampus UINlah yang pertama dia datangi dan takjub atas kemegahannya. (ketiak
pekemahan di Samat)
Sebenarnya Dedi
sangat mengingin Jurusan matematika tapi lulusnya di jurusan Jurnalistik. Dedi
mengambil jurusan Jurnalistik sebagai pilihan ketiga itu karena saran dari
kakak yang kebetulan memiliki teman yang mengambil jurusan jurnalistik di UIN
juga, namanya kak imran. Awalnya Dedi ragu dengan jurusan Jurnalistik, akan
tatapi setelah belajar dan berproses di dalamnya, Dedi mulai yakin bahwa dia
tidak salah pilih jurusan
Dan sekarang
Dedi terdafdar sebagai salah satu mahasisiwa di Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar dengan mengambil jurusan Jurnalistik di Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi. Selain kuliah Serta masuk dalam jajaran kepenguruan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Jurnalistik periode 2015. Selain itu, Dedi juga aktif di organisasi intra kampus yaitu
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka UIN Alauddin Makassar, sempat menjabat sebagai Sekretaris Dewan Racana Pandega masabakti 2017 dan UKM Olahraga
dengan mengambil cabang olahraga (CABOR) sepak bola. Keikut sertaannya dalam
organisasi kampus, membuat Dedi harus mengatur waktu dengan baik antara kuliah
dan organisasi.
Sekian….
Gowa, 05 mei 2015
E-Mail. Dedhysmart94@Gmail.com
Blog. Dedhysmart.Blogspot.com
Mantap ulasan Dedy. Semoga sukses selalu, bersama harapan kedua orang tua. Salam.
BalasHapusamiiiin,,
Hapusbagaimana tulisan sy ini pak, yang mana harus diperbaiki???