SEJARAH DAN METODOLOGI
DAKWAH
SEJARAH DAN METODOLOGI
DAKWAH PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
Disusun guna untuk
memnuhi tugas mata kuliah sejarah dan metodologi dakwah
OLEH
KELOMPOK III
Noni Hadriani
Indriani
Devi Permatasari
Junaedi
JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2015
Kata Pengantar
Syukur
Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga kami dari kelompok III dapat menyelesaikan Makalah
Sejarah dan Metodologi Dakwah dengan
judul “Makalah Sejarah dan Metodologi
Dakwah Pada Masa Khulafaurrasyidin”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada baginda Rasulullah SAW, dialah Nabi yang membawa umat manusia dari alam
kegelapan menuju alam yang terang menderang.
Dan
tak lupa pula kami dari kelompok III mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pembimbingan Mata Kuliah Sejarah Dan metodologi
Dakwah yang telah memberi waktu yang cukup lama kepada kami sehingga makalah
kami ini dapat selesai pada waktunya.
Makalah
ini kami susun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah dan sebagai bahan acuan
dalam proses pembelajaran. Dan mudah-mudahan dengan selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua..
Wassalam alaikum Wr…Wb
Samat-Gowa, Mare 2015
Penyusun
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Khilafah Rasyidah merupakan para
pemimpin ummat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa
pemerintahan Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Utsman ibn Affan Radhiallahu Ta’ala
anhum dan Ali ibn Abi Thalib Karamallahu Wajhahu dimana sistem pemerintahan
yang diterapkan adalah pemerintahan yang islami karena berundang-undangkan
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Perkembangan islam yang kita lihat
sekarang tidak lepas dari peranan dan perjuangan yang dilakukan keempat sahabat
Rasulullah Saw yang dikenal sebagai khulafaurrasyidin. Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wasallam tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam sebagai pemimpin politik umat
Islam setelah beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat. Ia Shallallahu ‘Alaihi
wasallam nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri
untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau Shallallahu
‘Alaihi wasallam wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh
Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah. Mereka
memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu
berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar,
sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat
ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu terpilih.
Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu mendapat penghargaan
yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan
membaiatnya.
Sebagai pemimpin umat Islam setelah
Rasul, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul
Allah) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah
adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat
untuk menggantikan beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam melanjutkan tugas-tugas
sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami dapat menarik
beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini.
a. Siapakah khulafaurrasyidin itu?
b. Bagaimana proses dakwah pada masa
khulafaurrasyidin?
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan sebagai berikut
a. sebagai ajang latihan untuk menulis
atau menyusun karya tulis ilmia.
b. Untuk mempermudah kita dalam proses
pembelajaran
c. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah dan Metodologi Dakwah.
BAB II PEMBAHASAN
A. Khulafaurrasyidin
Khulafaur
Rasyidin atau Khulafa ar-Rasyidun adalah wakil-wakil atau khalifah-khalifah
yang benar atau lurus. Mereka adalah waris kepemimpinan Rasulullah selepas
kewafatan junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Para tokoh ini merupakan
orang-orang yang arif bijaksana, jujur dan adil dalam memberikan keputusan dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat. Pada saat
perlantikan mereka dibuat secara syura yaitu perbincangan para sahabat atau
pilihan khalifah sebelum.
Selepas
pemerintahan ini, kerajaan Islam diganti oleh kerajaan Ummaiyyah.
Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah nabi Muhammad SAW wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
Adapun Khulafaur Rasyidin dalam sejarah islam yang dimaksud terdiri daripada empat orang sahabat sebagai berikut:
Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah nabi Muhammad SAW wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
Adapun Khulafaur Rasyidin dalam sejarah islam yang dimaksud terdiri daripada empat orang sahabat sebagai berikut:
·Saidina Abu Bakar ( 632-634 M )
· Saidina Umar bin Khatab ( 634-644 M )
· Saidina Uthman bin Affan ( 644-656 M )
·Saidina Ali bin Abi Talib ( 656-661 M )
Keempat khalifah diatas bukan
saja berhasil dalam melanjutkan risalah islam dan menegakkan tauhid, tetapi
juga menyebarluaskan ke seluruh penjuru dunia ini.
B. Biografi singkat Khilafah Rasyidah
atau Khulafa’ur Rasyidin
vAbu Bakar As-Shidiq
Nama
asli Abu Bakar Ash-Shidiq ialah Abdullah ibn Abi Quhaafah ‘Utsman ibn Umar,
yang sanad keturunannya masih bersambung dengan Nabi SAW yaitu pada Ka’ab.
Beliau dilahirkan 5 tahun setelah kelahiran nabi SAW. Pengangkatan Abu Bakar
menjadi khalifah dilakukan atas kesepakatan orang Muhajirin dan Anshor lantaran
terjadinya kevakuman dalam kepemimpinan umat Islam pasca wafatnya Nabi SAW.
Orang yang pertama kali membaiat Abu Bakar menjadi khalifah ialah Umar ibn
Khatthab kemudian diikuti oleh seluruh orang Muhajirin dan Anshor.
vUmar ibn Khatthab
Dilahirkan 13 tahun setelah tahun
kelahiran Nabi SAW. Nama asli Khalifah Umar ibn Khatab ibn Nufail ibn Abdil
Uzza ibn Rabbah. Beliau juga dijuluki Abu Hafshin yang didapatkan dari Nabi SAW
karena Nabi melihat sifat tegas yang dimilikinya. Abu Hafshin adalah julukan
bagi singa. Beliau adalah orang pertama yang dijuluki sebagai Amirul Mukminin
secara luas oleh umat. Kekhalifahan Umar ibn Al Khaththab berlangsung selama 10
tahun, 6 bulan lebih 3 hari. Semenjak tanggal 23 Jumadil Akhir 13 hijriyah
hingga 26 Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah.
v‘Utsman ibn ‘Affan
‘Utsman ibn ‘Affan adalah seorang saudagar atau
pedagang, ia termasuk saudagar yang sukses dan berhasil, beliau terkenal
lembut, sabar, tekun dan pemurah. Dengan ketekunan yang dimilikinya serta
kemurahan hatinya dalam berdagang, pada usia yang masih muda, ia sudah
berdagang dinegeri Syam dan Hirah pada waktu itu negeri Syam masih dijajah
kerajaan Romawi, sedangkan Hijrah merupakan jajahan Persia. Dengan pngalaman
berdagang, ia memiliki kayaan yang banyak dan sahabat yang banyak. Beliau
berasal dari suku Umayyah ibn Abdu Syams ibn Abdu Manaf, dengan nama asli
‘Utsman ibn ‘Affan ibn Abi al-Ash. Sebelum beliau masuk Islam beliau tidak
banyak mengetahui tentang Nabi Muhammad SAW, beliau hanya mengetahui tentang beberapa
kepribadian Nabi dari perang lain, ia mengetahui bahwa Nabi Muhammad memiliki
kejujuran, ia juga mengetahui sedikit tentang kepemimipinan Nabi Muhammad SAW,
keinginan beliau bertemu dengan Nabi Muhammad kemudian disampaikan kepada
sahabatnya, yaitu Abu Bakar, rumah Abu Bakar tidak terlalu jauh dari rumah
beliau. Beliau masuk Islam sebelum Nabi SAW masuk ke Darul Arqam. Beliau adalah
seorang yang kaya. Beliau menjabat sebagai khalifah sesudah ‘Umar ibn Al
Khaththab r.a berdasarkan kesepakatan ahlu syura. Beliau dilahirkan 5 tahun
setelah tahun kelahiran Nabi SAW. Beliau terus menjabat khalifah hingga
terbunuh sebagai syahid pada bulan Dzulhijah tahun 35 hijriyah dalam usia 90
tahun menurut salah satu pendapat ulama Kekhalifahan beliau berlangsung selama
12 tahun kurang tahun 35 hijriyah hingga 19 Ramadhan tahun 40 hijriyah.
vAli ibn Abi Thalib
Lahir 32 tahun setelah tahun kelahiran Nabi
SAW, beliau merupakan putra dari paman Nabi SAW yang mempunyai nama asli Ali
ibn Abi Thalib ibn Abdul Mutholib ibn Hasyim. Ali ibn Abi Thalib adalah orang
pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyerahkan kepadanya bendera jihad pada saat perang Khaibar
yang dengan perantara perjuangannyalah Allah memenangkan umat Islam dalam
pertempuran. Beliau dibai’at sebagai khalifah setelah khalifah ‘Utsman
terbunuh. Beliau menjadi khalifah secara syar’i hingga wafat dalam keadaan mati
syahid pada bulan Ramadhan tahun 40 hijriyah dalam usia 63 tahun. Kehalifahan
Ali berlangsung selama 4 tahun 9 bulan, sejak 19 Dzulhijah 12 hari.
C.
Gerakan dakwah yang dilakukan pada masa Khulafa’ur Rasyidin
1) Dakwah pada masa Abu Bakar As-Shidiq
Abu
Bakar yang memerintah selama dua setengah tahun tepatnya dua tahun tiga bulan
dua puluh hari. Walau masa pemerintahannya sangat singkat namun sarat dengan
amal dan jihad. Di saat Abu Bakar memerintah tiba-tiba Madinah dikejutkan oleh
gerakan yang menggerogoti sistem Islam yang meluas hampir ke semenanjung
Arabia. Bentuk gerakana tersebut ialah: murtad dari agama Islam karena
mengikuti nabi palsu yaitu Musailamah al-Kadzab, Thulaihah al-Asad dan al-Aswad
al-Anasi dari Yaman; keengganan membayar zakat karena mengikuti Malik ibn
Nawiroh dari Bani Tamim.
Selain
menghadapi rongrongan dari dalam Islam sendiri Abu Bakar juga melakukan
ekspansi wilayah keluar daerah diantara hingga mencapai Bashrah, Qatar, Kuwait,
Iraq, bahkan hingga daerah kekuasaan kekaisaran Romawi yang meliputi Mesir,
Syiria dan Palestina.
Gerakan
dakwah yang paling menonjol pada Khalifah Abu Bakar ialah pengumpulan Al
Qur’an. Alasan utama dikumpulkannya Al-Qur’an ialah rasa kekhawatiran seorang
Umar ibn Khatthab terhadap masa depan Islam jika kadar intinya yang menjaga
Islam dengan Al Qur’an (Qurra dan Huffadz) gugur satu per satu di medan perang.
2) Dakwah pada masa Umar ibn Khatthab
a.
Penyempurnaan
Fath Irak
Irak dijadikan pangkalan kekuatan kaum
Muslimin untuk melakukan perluasan ke negeri-negeri Persia lainnya. Irak saat
itu meliputi kawasan Kuffah (ibu kota Islam pada masa Ali), kemudian Baghdad
(ibu kota Islam pada masa Abbasiyah), dan Samra yang didirika pada masa
Mu’tasyim.
b.
Iran
Setelah Irak ditaklukan negeri-negeri lain di
Persia juga ditaklukan, diantaranya negeri-negeri di seberang sungai. Dengan
demikian habislah riwayat Imperium Persia.
c.
Syam
dan Palestina
Ketika khalifah pertama Abu bakar meninggal
dunia sedang berlangsung di Syam dibawah komando Khalid ibnn Walid, dibantu
oleh Abu Ubaidah ibn Jarrah, Amr ibn Ash, Yazid ibn Abi Sufyan Syurahbil ibn
Hasanah. Ketika Umar diangkat menjadi Khalifah, beliau mengangkat Abu Ubaidah
sebagai panglima teringgi untuk kawasan Syam. Khalid dikirimi surat pengunduran
dirinya sa’at perang sedang berlangsung, pakar sejarah berpendapat peristiwa
ini terjadi pada perang Yarmuk. Khalid menerima keputusan
itu, beliau tetap aktif ikut dalam peperangan dibawah komando Abu Ubaidah.
Sebagian ahli sejarah mengatakan ditunjuk Abu Ubaidah oleh Umar karena lapangan
sa’at itu membutuhkan pemimpin yang kriterianya ada pada Abu Ubaidah, beliau
memiliki keahlian dalam hal lobby dan administrasi, sedangkan keahlian Khalid
adalah strategi perang.
d.
Yordania
Dalam upaya perluasan daerah kewilayah ini,
kaum muslimin harus mengambil jalan terakhir, yaitu menghadapi pasukan Romawi
yang tidak mau mempersilahkan kaum muslimin melakukan dakwah secara
damai. Kaum muslimin berhasil memenangkan pertempuran.
e.
Syiria
Pasukan Islam melanjutan perjalanannya menuju
Dimasyq (damaskus) dibawah komando Ubaidillah ibn Jarrah. Setelah Syiria
tunduk, pasukan bergerak menuju ke utara. Yaitu Hims, Hamat, Halb, Shoid, dan
Bairut.
f.
Palestina
Sejak terjadinya peristiwa isra’ mi’raj, negeri
Palestina tidak bisa dipisahkan dengan kaum muslimin. Aqhsa adalah negeri suci
ketiga yang diperintahkan kepada kaum muslimin untuk dikunjungi. Berdasarkan
kenyataan tersebut, kaum muslimin betul-betul serius untuk membebaskan negeri
ini dari kekuasaan Romawi. Namun akhirnya mereka memilih damai dan meminta
kepada pasukan agar langsung menghadirkan Umar ibn Khatthab perihal tersebut.
Di pintu negeri Palestina, Umar disambut oleh Beartrick Ciprunius dan sebagian
pemimpin kaum muslimin. Pada kesepakatan itu Umar membuat kesepakatan untuk
memberikan rasa aman, yaitu keamanan harta benda dan jiwa dan syiar keagamaan
kepada penduduk asli. Kesepakatan itu dikenal dengan perjanjian Umar. Ketika waktu
sholat ashar Umar menolak untuk sholat di gereja Qiamat, tetapi beliau sholat
diluarnya, khawatir dikemudian hari kaum muslimin mengikuti sunnah Umar.
Perbuatan Umar ini menegaskan bagaimana toleransi kaum muslimin dengan orang
yang tidak seagama.
g.
Ekspedisi
kawasan Maghribi
Ekspdisi penyiaran Islam keluar kawasan Arab
kemudian memecah diri ke beberapa penjuru. Disamping gerakan kearah timur
mereka juga bergerak kearah barat. Pasukan sebesar 4000 orang prajurit muslim
bergerak ke Mesir dibawa panglima Amr ibn Ash. Sepanjang perjalanan tampaknya
besar pasukan makin bertambah, sampai mencapai 20.000 orang. Hal ini
menimbulkan kesan bagi orang Islam telah membangkitkan daya tarik untuk
bergabung dalam pasukan dibawah panji-panji Islam. Sukses kembali ada di
prajurit berkuda kaum muslimin yang telah terlatih pula. Seruan kalimat Allahu
akbar disetiap medan perang tampaknya menimbulkan efek ganda. Disatu
sisi berhasil membangkitkan semangat dan ketegaran bagi umat Islam dalam
melaksanakan misi suci mereka dalam penyebaran Islam. Langkah selanjutnya yang
dilakukan oleh Khalid ibn Walid adalah menjadikan kota heliopolis sebagai ibu
kota Islam di Mesir. Dalam perkembangan selanjutnya kota ini dikenal dengan
sebutan Cairo Lama yang kelak mejadi ibu kota Mesir.
Setelah mendapatkan izin dan restu khalifah
pasukan Amr ibn Ash meneruskan eksedisinya kawasan matahari tenggelam dijalur
Afrika Utara. Dalam ungkapan bahasa Arab kawasan itu disebut kawasan Magribi,
yang berasal dari dari kata ghurubi syamsy yang berarti tenggelam
matahari.
Tidak seorang prajurit dan orag Arab berhak
atas kawasan baru itu. Semua kawasan dan kekayaan baru langsung menjadi milik
Islam. Penguasa setempat tidak dipaksa untuk memeluk Islam keuali atas kemauan
sendiri. Mereka diberi hak untuk meneruskan kepemimpinan otonom dikawasan
mereka dengan kewajiban untuk membayar pajak perlindungan (jizyah) kepada
kekhalifahan di Madinah.
3) Dakwah pada masa ‘Utsman ibn ‘Affan
Melalui
proses yang panjang, maka terpilihlah ‘Utsman ibn ‘Affan sebagai khalifah. Pada
masa kekhalifahannya langkah yang diambil ialah sebagai berikut:
a.
Perluasan
wilayah
Pada
masa khalifah ‘Utsman inilah pertama kali dibentuk angkatan laut untuk
menyerang daerah kepulauan yang terletak di laut tengah. Masa ini juga dibangun
kapal perang sehingga dapat menaklukkan wilayah hingga mencapai Asia dan
Afrika, seperti daerah Herat, Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah, juga Armenia,
Tunisia, Cyprus, Rhodes dan sisa dari wilayah Persia.
b. Sosial budaya
Membangun
bendungan besar untuk mencegah banjir dan mengatur pembagian air ke kota.
Membangun jalan, jembatan, masjid, rumah, penginapan para tamu dalam berbagai
bentuk serta memperluas Masjid Nabawi di Madinah.
Namun
pada pertengahan kedua pemerintah ‘Utsman retak ditimpa perpecahan yang
disebabkan karena kebijakan ‘Utsman dalam mengganti para gubernur yang diangkat
Umar yang didominasi dari keluarga Bani Umayyah. Sebagai contohnya khalifah
‘Utsman mengganti Sa’ad ibn Abi Waqash yang merupakan gubernur Kufah dengan
Walid ibn Uqbah yang merupakan saudara se-ibu khalifah ‘Utsman.
c.
Penetapan
Mushaf ‘Utsmani
Umat
Islam pada masa khalifah ‘Utsman tinggal dalam wilayah yang sangat luas dan
terpencar-pencar, sehingga penduduk masing-masing daerah tersebut membaca
ayat-ayat Al Qur’an menurut bacaan yang mereka pelajari dari tokoh sahabat yang
terkenal dari wilayah mereka (di Syiria masyarakat mengacu pada bacaan Ubay ibn
Ka’ab, di Kufah masyarakat mengacu pada bacaan Abdullah ibn Mas’ud). Persoalan
tersebut menimbulkan perselisihan di kalangan umat Islam.
Untuk
mengatasi hal tersebut khalifah ‘Utsman membentuk sebuah tim yang bertugas
untuk menyalin dan mengkodifikasikan ayat-ayat Al Qur’an ke dalam satu mushaf
resmi yang diketuai oleh Zaid ibn Tsabit. Mushaf tersebut dibuat lima buah,
empat buah dikirim ke wilayah Makkah, Syiria, Kufah, Bashrah dan satu tinggal
di Madinah. Mushaf hasil kerja dari tim kodifikasi Al Qur’an pada masa khalifah
‘Utsman yang tinggal di Madinah disebut dengan Mushaf ‘Utsmani atau Mushaf
Al-Imam yang sampai sekarang masih kita gunakan, bahan digunakan di selruh
penjuru dunia.
4) Dakwah pada masa Ali ibn Abi Thalib
Sejarah
kepemimpinan khalifah Ali adalah sejarah terakhir masa kekhalifahan umat Islam
dalam sejarah setelah masa kenabian. Pada saat diangkat menjadi khalifah,
mewarisi kondisi yang sedang kacau. Ketegangan politik terjadi akibat
pembunuhan atas khalifah ‘Utsman. Seluruh jabatan gubernur saat itu hampir
seluruhnya diduduki oleh keluarga Umayyah. Para gubernur ini menuntut Ali untuk
mengadili pembunuh ‘Utsman.
Gerakan
dakwah yang telah dilakukan oleh khalifah Ali secara garis besar dapat
diperinci sebagai berikut:
-
Merombak
para pejabat teras, terutama pejabat yang di dominasi oleh keluarga Bani
Umayyah.
-
Menyamakan
kedudukan seseorang dimata hukum. Seperti ketika khalifah Ali menuduh seorang
Yahudi mengambil baju besi kepada hakim. Dipihak Ali memiliki keyakinan bahwa
si Yahudi tersebut mencuri baju besinya, sedangkan di pihak Yahudi bersikukuh
bahwa baju besi itu ia dapat dengan membelinya dari orang lain. Hakim pun
kemudian memutuskan bahwa yang berhak atas baju besi itu adalah si Yahudi
karena dari pihak Ali tidak dapat menghadirkan saksi bahwa baju besi itu milik
beliau. Hal inilah yang membuat si Yahudi terkesima dan terkagum-kagum betapa
adilnya hukum Islam, bahkan karena kejadian ini sampai membuat si Yahudi
bersyahadat dan menyatakan keIslamannya.
D.
Ciri-ciri Umum Dakwah pada Masa Khulafaur
Rasyidin
1. Kader-kader terbaik Rasulullah telah memimpin pemerintahan
islam selama 30 tahun.
2. Sarana terbesar dakwah pada masa ini (kurang
lebih 30 tahun) adalah pemerintahan dan kekuasaan.
3. Futuhat islamiyah yang dilakukan oleh para
sahabat selalu diikuti oleh perluasan pemeikiran islam.
4. Kesibukan kaum muslimin membuka wilayah dakwah
baru tidak membuat mereka lupa memelihara dan mengembangkan pemikiran islam.
Di antara gerakan pemikiran yang paling
menonjol pada masa khulafaur rasyidin adalah:
1. Menjaga keutuhan al-qur’an dan mengumpulkannya
dalam bentuk mushaf pada Abu bakar.
2. Memberlakukan mushaf standar pada masa Utsman
bin Afan.
3. Keseriusan mereka untuk mencari dan
mengajarkan ilmu dan memerangi kebodohan berislam para penduduk negeri.
4. Sebagian orang yang tidak senang pada islam ,
terutama dari pihak orientalis abad 19 banyak yang mempelajari fenomena futuhat
islamiyah dan menafsirkannya dengan motif bendawi.
5. Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahan
antara dakwah dan negara, antara da’i dan panglima.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarka isi
makalah diatas, maka kami menarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai
berikut
Khulafaur Rasyidin atau Khulafa ar-Rasyidun adalah wakil-wakil atau
khalifah-khalifah yang benar atau lurus. Meraka adalah para pemimpin yang
memimpin sesudah kepemimpian rasulullah SAW. Keempat khalifah itu adalah
sebagai berikut :
·Saidina Abu Bakar ( 632-634 M )
· Saidina Umar bin Khatab ( 634-644 M )
· Saidina Uthman bin Affan ( 644-656 M )
·Saidina Ali bin Abi Talib ( 656-661 M )
Pada
masa kepemimpian khulafaur rasyidin banyak ada beberapa usaha yang dilakukan
demi untuk kemajuan umat islam yaitu pengumpulan ayat-ayat al-qur’an menjadi
mashaf dan perluasan wilayah keberbagai daerah.
Komentar
Posting Komentar