Tugas Feature "sejarah Ball Lompoa"



Balla Lompoa, Sungguminasa Gowa
Sungguminasa-Gowa Minggu 02 November 2014

Pagi itu tampak cerah, matahari mulai menappmpakkan wajahnya di ufuk timur. Hembusan angin pagi seakan menyegarkan badan. Suara bising kendaraan yang lalu lalang didepan kos menandakan bahwa masyarakat sungguminasa sudah mulai menjalankan rutinitasnya. Disebuah kos-kosan yang luasnya lumayan besar kira-kira berukuran 5 X 10 meter, saya sibuk mempersiapkan beberapa perlengkapan untuk wawancara mulai dari alat perekam suara, buku catatan kecil dan pulpen saya masukkan ditas kecil yang berwarna hitam.
Mendengar gerak garik saya, ilyas (sepupu saya) bangun
“jam berapa ke Balla Lompoa dedi?” Tanya ilyas sepupu saya.” Mungkin sekitar jam delapanpi baru berangkatka”
“otto ! otto! Bangun..! antar dulu dedi ke Balla Lompo !” kata Ilyas sambil membangunkan Otto teman kosnya. “
“iya” Otto bangun dan langsung menuju WC untuk cuci muka.
“jam berapaki ke Balla Lompoa?” Tanya Otto Kepda saya
“sekitar jam 0800, siap-siap mako!”
Sambil menunggu Otto selesai ganti baju, saya kembali mengecek ulang perlengkapan yang saya bawa. Merasa cukup lengkap dan Otto juga siap untuk berangkat, kami pun berangkat. Jarak dari kos sepupu saya dengan Balla lompoa tidak terlalu jauh yaitu kurang lebih satu kilometer yang hanya ditempuh beberapa menit saja.
Pukul 08:00 WITA saya sampai di Balla Lompoa. Suasana masih agak sepih, hanya tampak tiga buah kereta tua (bendi) yang berjejer dibawa kolom Balla Lompoa dan sekelompok anggota pramuka kurang lebih 10 orang yang sedang sibuk mengemasi barang-barang untuk balik kerumah masing-masing setelah selesai PERSAMI (Perkemahan Sabtu Minggu).
Tak lama kemudian muncullah seorang lelaki, kira-kira berumur 60-an tahun yang masih mengenakan helm warna  merah dengan baju berwarna putih, tampaknya dia adalah seorang sekuriti Balla Lompoa. Dia sedang menjemur pisang yang sudah diiris-iris diatas atap sebuah bangunan kecil disamping Balla Lompoa. Kemudian saya langsung menghampiri beliau dan bertanya. “pak bisa minta waktunya sebentar untuk wawancara?” ruapanya bapak sang bapak sudah tahu maksud saya, bahwa saya ingin mewawancarainya tentang sejarah Balla Lompoa.
“Maaf dek saya hanya sekuriti disini, saya tidak terlalu tahu banyak tentang sejarah Balla Lompoa ini”  kata bapak tadi. “ belumpi datang pemandunya dek, tunggumi dulu sebentar !, kayaknya hampirmi datang.”
Sambil menunggu pemandunya datang saya berbincang-bincang dengan dg Tawang (nama sekuriti Balla Lompoa). Disela-sela pembicaraan kami, Dg Tawang berkata “kesana saja dek di orang yang duduk itu ! dia itu tahu banyak tentang sejarah Balla Lompoa.” sambil tangannya menunjuk orang yang sedang duduk di teras bangunan yang ada di belakang Balla Lompoa. Saya pun langsung menuju ke orang itu dengan harapan mudah-mudahan saya mendapat banyak informasi.
“Assalamu alaikum pak”
“waalaikum Salam” jawab bapak yang sedang duduk tadi.
Setelah duduk disebuah kursi yang terbuat dari kayu disamping bapak tadi. Disini feeling saya mengatakan “waah pasti saya akan dapat banyak informasi dari bapak ini”. Karena dilihat dari penampilannya sang bapak ini kayaknya memiliki pengetahuan yang banyak tentang sejarah balla lompoa, karena dilihat dari penampilannya,  dengan jenggot panjang yang sebagian besar sudah memutih karena usia. Tapi dugaan saya salah, saya tidak mendapatkan informasi apapun. Dia menolak untuk diwawancari, berulang  kali saya Tanya, dia hanya menjawab “tidak bisa, tidak bisa, tidak bisa.!”  Sampai-sampai ketika saya tanyakan namanya diapun tidak mau kasi tahu.
Setelah itu saya pun berpamitan, walaupun agak sedikit kecewa terhadap bapak tadi. Dan seakan-akan bapak  tadi tidak senang dengan kedatangan saya secara tidak langsung dia mengusir saya secara halus. Tpi saya sadar bahwa itulah salah satu tantangan dan resiko yang harus dijalani oleh seorang penulis/jurnalis.
Sekarang menunjukkan pukul 08:30 WITA,matahari mulai agak meninggi, panas pun semakin terasa. Pemandu Balla Lompoa belum datang juga. Saya kembali menemui Dg Tawang, 
“biasanya pak, pemandunya itu datang jam berapa?”
“Biasanya Jam segini datangmi dek. atau begini saja dek, datang saja ke rumahnya langsung! Apalagi hari ini kan hari munggu hari libur, mungkin saja dia tidak datang hari ini.” Kata Dg Tayang.
“Rumahnya dimana pak?”
“lurus saja di perempatan itu dek” sambil menunjuk perempatan jalan yang melintang di samping Balla Lompoa “trus sampai disna ada lagi perempatan jalan,  belok kanan saja disitu dan Tanya saja warga situ rumahnya Dg Pile (nama pemandu/sejarawan Balla Lompoa)..
 Setelah berpikir lama saya pun akhirnya memutuskan untuk mendatangi langsung rumahnya Dg Pile. Hari itu waktu menunjukkan pukul 08:45 WITA. Matahari pun sudah semakin panas, tapi itu tak menyurutkan semangatku untuk sampai di rumah Dg pile. Sesuai dengan petunjuk Dg Tawang, saya melangkahkan kaki untuk menuju rumah Dg Pile, setelah samapai di perempatan jalan saya singga di sebuah warung kecil. Menanyakan rumahnya Dg Pile.
“Assalamu alaikum, assalamu alaikum”
“waalaikum salam” terdengar suara jawab salam dari dalam rumah pemilik warung
“mau nanya Bu, rumahnya daeng Pile dimana?”
“dari sini lurus saja, itu sana yang ada tempat sampah warna putih depan rumahnya”. Kata pemilik warunh
“iya.. terima kasih Bu..!
Pagi itu panas matahari semakin terasa, keringat pun bercucuran dari atas kepala hingga dagu, dan sempat terasa tetesannya jatuh ke tanah. Setelah berjalan beberapa langkah sampailah saya di Rumah Dg Pile. ”Tok..tok..tokk “Assalamu alaikum”  sambil mengetuk pintu rumah Dg Pile
“masuk maki saja adaji itu Dg Pile di dalam” kata seorang pemuda, mungkin itu cucu atau anaknya Dg Pile.
Saya pun mengulang salam “waalaikum salam” terdenga dari jawab salam rumah Dg Pile. Dan keluarlah seorang perempuan (anaknya  Dg Pile)
“Dg Pilennya ada Bu.?
“ia,, adaji, silahkan masuk. Dari mana dek?” Kata anaknya Dg Pile
“saya dari mahasiswa UIN Bu..”
“tunggu sebentar yaa.. saya panggilkan dulu (Dg Pile)” sambil masuk kedalam untuk memanggil Dg Pile. “mandiki dulu,, tunggumi sebentar”
Tak lama kemudian datanglah Dg Pile masih mengenakan handuk karena baru selesai mandi “ tunggu sebentar yaa nak., saya ganti baju dulu”
“iya pak..”
Sambil menunggu Dg Pile selesai ganti baju, saya tak lupa memperhatikan setiap sudut-sudut ruang tamunya yang berukuran sekitar 4 x 4 m. Dimana setiap sudutnya di penuhi benda-benda bersejarah. Di sudut kiri terdapat sebuah lemari kaca yang berisi benda-benda bersejarah, mulaib dari keramik-keramik ,hingga senjata tajam seperti badik dan keris. Dan sebuah foto tua terpajang di dinding ruang tamu itu. Itulah foto kakek Dg Pile “Baso Mappanyompa tenr bali karaeng rapi” yang merupakan sejarawan dan ulama islam.
Di sebuah ruangan yang cukup sederhana  inilah dengan tatanan satu sofa ukuran panjang dan dua sofa ukuran pendek saling berhadapan.  Andi jufri tenri bali atau yang lebih akrab di kenal Dg Pile, umurnya bisa dibilang sudah cukup tua hampir 70 tahun. beliau mulai bekerja di balla lompoa sejak tahun 1990. Selain sebagai pemandu di Balla Lompoa beliau juga sebagai sejarawan dan budayawan Gowa yang sudah beberapa kali menginjakkan kakinya diluar Negeri sebagai pembicara.
Disinilah beliau banyak bercerita tentan sejarah Gowa khususnya  Balla Lompoa. Dimana  Balla Lompoa dibangun sekitar tahu 1935-1936 pada masa pemerintahan Imangngi-mangngi daeng matutu karaeng bontonompo dan Balla Lompoa merupakan Ibu kota kerajaan Gowa yang terakhir dimana ibu kota kerajaan gowa sebelumnya berada di tamalate dan soba opu.
Disaat wawancara sedang berlangsung tiba-tiba pintu ruang tamu Dg Pile berbunyi
“tok..tok..tok ! tok..tok.. tok..” Assalamu Alaikum
“Waalaikum Salam, silahkan masuk!” Kata Dg Pile kepad tamunya. “ ada apa pak?”
“Kami mengundang bapak nuntuk hadir di acara kami !”
“jam berapa?” Tanya Dg Pile
“jam 10 pak”
“iya pak nanati saya kesana”
Setelah tamunya pergi wawancara dimulai lagi “baiklah nak,, saya lanjutkan yaa..!” Balla Lompoa yang merupakan istana terakhir kerajaan gowa hanya sempat ditinggalai oleh dua raja, yaitu pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-35 dan Raja Gowa ke-36. Sekarang ballah lompoa hanyalah bukti sejarah peradaban Gowa. Dan fungsi Balla Lompoa sekarang sebagai museum benda-benda bersejarah peninggalan kerajaan Gowa. Dan Sebagai pusat kebudayaan Makassar-Gowa. Balla Lompoa memiliki beberapa  koleksi diantaranya pakaian adat, senjata (pistol, keris, badik dan tombak), alat music tradisonal, jenis tranportasi tradisional (bendi) dan foto-foto raja Gowa yang pernah memerintah di kerajaan Gowa.
Untuk menjaga dan melestarikan benda-benda bersejarah dan kebudayaan Gowa, maka di museum Balla Lompaoa ini ada beberapa tradisi upacara adat yang sering di lakukan dan sudah menjadi rutinitas setiap tahunnya  yaitu pencucian benda-benda bersejarah (pusaka) yang dikenal sebagai Anynyossoro kalompoang dan gaukang atau accera kalompoang yang dilakukan pada tanggal 10 dzul hijja stelah selesai shalat raya Idul Adha  dan upacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Atau yang dikenal Maudu Lompoa yang dilaksanakan pada tangga 12 rabiul Awal
Sementara itu, dari dalam rumah keluarlah anak Dg Pile membawa dua gelas teh hanget dan kue bolu.“Silahkan diminum tehnya!”  katanya
“terima kasih bu..”
Merasa sudah cukup bnayak informasi yang saya dapat, saya pun mengakhiri wawncara. ”silahkan diminum tehnya nak.!” Dg Pile kembali mepersilahkan! kami pun menikmati teh hangat yang disiapkan dari tadi dan kini mulai dingin
 Tak lama kemudian, dari depan rumah Dg Pile terdengar suara glatssound mobil. Tamu yang datang tadi, datang lagi “Mobil jemputannya sudah datang pak, siap-siap maki untuk berangkat” katanya.
Dan inilah akhir wawancara saya bersama Dg Pile, “Sampai disini dulu nak, kalau masih kurang jelas datang saja kerumah”
“bisa minta nomor HPnya pak?”
“bisaji nak” sambil menyebutkan nomor HPnya.
Saya pun bepamitan pulang, Dg Pile mengantar  sampai depan pintu, laluDg Pile kembali masuk kedalam rumahnya untuk siap-siap berangkat ke acara tetangganya.
Selesai berpamitan, saya memutuskan untuk kembali ke Balla Lompoa untuk melihat benda-benda bersejarah. Inilah kali pertamaku masuk ke Balla Lompoa.  Kupulan benda-benda bersejarah seperti yang dikatakan Dg Pile tersusun secara rapi di dalam lemari kaca. Selesai melihat-lihat saya menemui Dg Tawang untuk pamit dan sekaligus berterima kasih atas bantuannya. Dan saya akhiri perjalanan saya pada hari itu di Balla Lompoa.
Oleh : Junaedi
NIM : 50500113030

Komentar