Balla Lompoa, Sungguminasa Gowa
Gowa, Dedhy-Smart. Pagi
itu tampak cerah, matahari mulai menampakkan wajahnya di ufuk timur. Hembusan
angin pagi seakan menyegarkan badan. Suara bising kendaraan yang lalu lalang
didepan kos menandakan bahwa masyarakat sungguminasa sudah mulai menjalankan
rutinitasnya. Disebuah kos-kosan yang luasnya lumayan besar kira-kira berukuran
5 X 10 meter, saya sibuk mempersiapkan beberapa perlengkapan untuk wawancara
mulai dari alat perekam suara, buku catatan kecil dan pulpen saya masukkan
ditas kecil yang berwarna hitam.
Mendengar gerak garik
saya, ilyas (sepupu saya) bangun
“jam berapa ke Balla
Lompoa dedi?” Tanya ilyas sepupu saya.” Mungkin sekitar jam delapanpi baru
berangkatka”
“otto ! otto! Bangun..!
antar dulu dedi ke Balla Lompo !” kata Ilyas sambil membangunkan Otto teman
kosnya. “
“iya” Otto bangun dan
langsung menuju WC untuk cuci muka.
“jam berapaki ke Balla
Lompoa?” Tanya Otto Kepda saya
“sekitar jam 0800,
siap-siap mako!”
Sambil menunggu Otto
selesai ganti baju, saya kembali mengecek ulang perlengkapan yang saya bawa.
Merasa cukup lengkap dan Otto juga siap untuk berangkat, kami pun berangkat.
Jarak dari kos sepupu saya dengan Balla lompoa tidak terlalu jauh yaitu kurang
lebih satu kilometer yang hanya ditempuh beberapa menit saja.
Pukul 08:00 WITA saya
sampai di Balla Lompoa. Suasana masih agak sepih, hanya tampak tiga buah kereta
tua (bendi) yang berjejer dibawa kolom Balla Lompoa dan sekelompok anggota
pramuka kurang lebih 10 orang yang sedang sibuk mengemasi barang-barang untuk
balik kerumah masing-masing setelah selesai PERSAMI (Perkemahan Sabtu Minggu).
Tak lama kemudian
muncullah seorang lelaki, kira-kira berumur 60-an tahun yang masih mengenakan
helm warna merah dengan baju berwarna
putih, tampaknya dia adalah seorang sekuriti Balla Lompoa. Dia sedang menjemur
pisang yang sudah diiris-iris diatas atap sebuah bangunan kecil disamping Balla
Lompoa. Kemudian saya langsung menghampiri beliau dan bertanya. “pak bisa minta
waktunya sebentar untuk wawancara?” ruapanya bapak sang bapak sudah tahu maksud
saya, bahwa saya ingin mewawancarainya tentang sejarah Balla Lompoa.
“Maaf dek saya hanya
sekuriti disini, saya tidak terlalu tahu banyak tentang sejarah Balla Lompoa ini” kata bapak tadi. “ belumpi datang pemandunya
dek, tunggumi dulu sebentar !, kayaknya hampirmi datang.”
Sambil menunggu
pemandunya datang saya berbincang-bincang dengan dg Tawang (nama sekuriti Balla
Lompoa). Disela-sela pembicaraan kami, Dg Tawang berkata “kesana saja dek di
orang yang duduk itu ! dia itu tahu banyak tentang sejarah Balla Lompoa.”
sambil tangannya menunjuk orang yang sedang duduk di teras bangunan yang ada di
belakang Balla Lompoa. Saya pun langsung menuju ke orang itu dengan harapan
mudah-mudahan saya mendapat banyak informasi.
“Assalamu alaikum pak”
“waalaikum Salam”
jawab bapak yang sedang duduk tadi.
Setelah duduk disebuah
kursi yang terbuat dari kayu disamping bapak tadi. Disini feeling saya mengatakan
“waah pasti saya akan dapat banyak informasi dari bapak ini”. Karena dilihat
dari penampilannya sang bapak ini kayaknya memiliki pengetahuan yang banyak
tentang sejarah balla lompoa, karena dilihat dari penampilannya, dengan jenggot panjang yang sebagian besar
sudah memutih karena usia. Tapi dugaan saya salah, saya tidak mendapatkan
informasi apapun. Dia menolak untuk diwawancari, berulang kali saya Tanya, dia hanya menjawab “tidak
bisa, tidak bisa, tidak bisa.!” Sampai-sampai
ketika saya tanyakan namanya diapun tidak mau kasi tahu.
Setelah itu saya pun berpamitan,
walaupun agak sedikit kecewa terhadap bapak tadi. Dan seakan-akan bapak tadi tidak senang dengan kedatangan saya
secara tidak langsung dia mengusir saya secara halus. Tpi saya sadar bahwa itulah
salah satu tantangan dan resiko yang harus dijalani oleh seorang
penulis/jurnalis.
Sekarang menunjukkan
pukul 08:30 WITA,matahari mulai agak meninggi, panas pun semakin terasa.
Pemandu Balla Lompoa belum datang juga. Saya kembali menemui Dg Tawang,
“biasanya pak,
pemandunya itu datang jam berapa?”
“Biasanya Jam segini
datangmi dek. atau begini saja dek, datang saja ke rumahnya langsung! Apalagi
hari ini kan hari munggu hari libur, mungkin saja dia tidak datang hari ini.”
Kata Dg Tayang.
“Rumahnya dimana pak?”
“lurus saja di
perempatan itu dek” sambil menunjuk perempatan jalan yang melintang di samping
Balla Lompoa “trus sampai disna ada lagi perempatan jalan, belok kanan saja disitu dan Tanya saja warga
situ rumahnya Dg Pile (nama pemandu/sejarawan Balla Lompoa).
Setelah berpikir lama saya pun akhirnya
memutuskan untuk mendatangi langsung rumahnya Dg Pile. Hari itu waktu
menunjukkan pukul 08:45 WITA. Matahari pun sudah semakin panas, tapi itu tak
menyurutkan semangatku untuk sampai di rumah Dg pile. Sesuai dengan petunjuk Dg
Tawang, saya melangkahkan kaki untuk menuju rumah Dg Pile, setelah samapai di
perempatan jalan saya singga di sebuah warung kecil. Menanyakan rumahnya Dg
Pile.
“Assalamu alaikum,
assalamu alaikum”
“waalaikum salam”
terdengar suara jawab salam dari dalam rumah pemilik warung
“mau nanya Bu,
rumahnya daeng Pile dimana?”
“dari sini lurus saja,
itu sana yang ada tempat sampah warna putih depan rumahnya”. Kata pemilik
warunh
“iya.. terima kasih
Bu..!
Pagi itu panas
matahari semakin terasa, keringat pun bercucuran dari atas kepala hingga dagu,
dan sempat terasa tetesannya jatuh ke tanah. Setelah berjalan beberapa langkah
sampailah saya di Rumah Dg Pile. ”Tok..tok..tokk “Assalamu alaikum” sambil mengetuk pintu rumah Dg Pile
“masuk maki saja adaji
itu Dg Pile di dalam” kata seorang pemuda, mungkin itu cucu atau anaknya Dg
Pile.
Saya pun mengulang
salam “waalaikum salam” terdenga dari jawab salam rumah Dg Pile. Dan keluarlah
seorang perempuan (anaknya Dg Pile)
“Dg Pilennya ada Bu.?
“ia,, adaji, silahkan
masuk. Dari mana dek?” Kata anaknya Dg Pile
“saya dari mahasiswa
UIN Bu..”
“tunggu sebentar yaa..
saya panggilkan dulu (Dg Pile)” sambil masuk kedalam untuk memanggil Dg Pile.
“mandiki dulu,, tunggumi sebentar”
Tak lama kemudian
datanglah Dg Pile masih mengenakan handuk karena baru selesai mandi “ tunggu
sebentar yaa nak., saya ganti baju dulu”
“iya pak..”
Sambil menunggu Dg
Pile selesai ganti baju, saya tak lupa memperhatikan setiap sudut-sudut ruang tamunya
yang berukuran sekitar 4 x 4 m. Dimana setiap sudutnya di penuhi benda-benda
bersejarah. Di sudut kiri terdapat sebuah lemari kaca yang berisi benda-benda
bersejarah, mulaib dari keramik-keramik ,hingga senjata tajam seperti badik dan
keris. Dan sebuah foto tua terpajang di dinding ruang tamu itu. Itulah foto
kakek Dg Pile “Baso Mappanyompa tenr bali karaeng rapi” yang merupakan
sejarawan dan ulama islam.
Di sebuah ruangan yang
cukup sederhana inilah dengan tatanan
satu sofa ukuran panjang dan dua sofa ukuran pendek saling berhadapan. Andi jufri tenri bali atau yang lebih akrab di
kenal Dg Pile, umurnya bisa dibilang sudah cukup tua hampir 70 tahun. beliau
mulai bekerja di balla lompoa sejak tahun 1990. Selain sebagai pemandu di Balla
Lompoa beliau juga sebagai sejarawan dan budayawan Gowa yang sudah beberapa
kali menginjakkan kakinya diluar Negeri sebagai pembicara.
Disinilah beliau
banyak bercerita tentan sejarah Gowa khususnya
Balla Lompoa. Dimana Balla Lompoa
dibangun sekitar tahu 1935-1936 pada masa pemerintahan Imangngi-mangngi daeng
matutu karaeng bontonompo dan Balla Lompoa merupakan Ibu kota kerajaan Gowa
yang terakhir dimana ibu kota kerajaan gowa sebelumnya berada di tamalate dan
soba opu.
Disaat wawancara
sedang berlangsung tiba-tiba pintu ruang tamu Dg Pile berbunyi
“tok..tok..tok !
tok..tok.. tok..” Assalamu Alaikum
“Waalaikum Salam,
silahkan masuk!” Kata Dg Pile kepad tamunya. “ ada apa pak?”
“Kami mengundang bapak
nuntuk hadir di acara kami !”
“jam berapa?” Tanya Dg
Pile
“jam 10 pak”
“iya pak nanati saya
kesana”
Setelah tamunya pergi
wawancara dimulai lagi “baiklah nak,, saya lanjutkan yaa..!” Balla Lompoa yang
merupakan istana terakhir kerajaan gowa hanya sempat ditinggalai oleh dua raja,
yaitu pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-35 dan Raja Gowa ke-36. Sekarang
ballah lompoa hanyalah bukti sejarah peradaban Gowa. Dan fungsi Balla Lompoa
sekarang sebagai museum benda-benda bersejarah peninggalan kerajaan Gowa. Dan Sebagai
pusat kebudayaan Makassar-Gowa. Balla Lompoa memiliki beberapa koleksi diantaranya pakaian adat, senjata
(pistol, keris, badik dan tombak), alat music tradisonal, jenis tranportasi
tradisional (bendi) dan foto-foto raja Gowa yang pernah memerintah di kerajaan
Gowa.
Untuk menjaga dan
melestarikan benda-benda bersejarah dan kebudayaan Gowa, maka di museum Balla
Lompaoa ini ada beberapa tradisi upacara adat yang sering di lakukan dan sudah
menjadi rutinitas setiap tahunnya yaitu
pencucian benda-benda bersejarah (pusaka) yang dikenal sebagai Anynyossoro
kalompoang dan gaukang atau accera kalompoang yang dilakukan pada tanggal 10
dzul hijja stelah selesai shalat raya Idul Adha dan upacara memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Atau yang dikenal Maudu Lompoa yang dilaksanakan pada tangga 12
rabiul Awal
Sementara itu, dari
dalam rumah keluarlah anak Dg Pile membawa dua gelas teh hanget dan kue bolu.“Silahkan
diminum tehnya!” katanya
“terima kasih bu..”
Merasa sudah cukup
bnayak informasi yang saya dapat, saya pun mengakhiri wawncara. ”silahkan
diminum tehnya nak.!” Dg Pile kembali mepersilahkan! kami pun menikmati teh
hangat yang disiapkan dari tadi dan kini mulai dingin
Tak lama kemudian, dari depan rumah Dg Pile
terdengar suara glatssound mobil. Tamu yang datang tadi, datang lagi “Mobil
jemputannya sudah datang pak, siap-siap maki untuk berangkat” katanya.
Dan inilah akhir
wawancara saya bersama Dg Pile, “Sampai disini dulu nak, kalau masih kurang
jelas datang saja kerumah”
“bisa minta nomor
HPnya pak?”
“bisaji nak” sambil
menyebutkan nomor HPnya.
Saya pun pamitan
pulang, Dg Pile mengantar sampai depan
pintu, laluDg Pile kembali masuk kedalam rumahnya untuk siap-siap berangkat ke acara
tetangganya.
Selesai berpamitan,
saya memutuskan untuk kembali ke Balla Lompoa untuk melihat benda-benda
bersejarah. Inilah kali pertamaku masuk ke Balla Lompoa. Kumpulan benda-benda bersejarah seperti yang
dikatakan Dg Pile tersusun secara rapi di dalam lemari kaca. Selesai
melihat-lihat saya menemui Dg Tawang untuk pamit dan sekaligus berterima kasih
atas bantuannya. Dan saya akhiri perjalanan saya pada hari itu di Balla Lompoa.
Oleh : Junaedi
NIM : 50500113030
Jurnalitik UIN Makassar
Email: Dedhysmart94@Gmail.com
WA/Line : 0823 9313 4151
Sungguminasa-Gowa Minggu 02 November 2014
Email: Dedhysmart94@Gmail.com
WA/Line : 0823 9313 4151
Sungguminasa-Gowa Minggu 02 November 2014
Komentar
Posting Komentar