Nama : Junaedi
NIM :
50500113030
Jurusan :
Jurnalistik A
Semester :
III (Ganjil)
Kamis 6 November 2014
Pengalaman pertama nonton di bioskop
Cuaca hari itu langit cerah tanpa
hiasan gumpalan awan. Sinar matahari pun
tak terhalang samapi ke bumi yang membawa panas
seakan-akan membakar apa saja yang ada di bumi. Pukul 13:30 saya balik dari kampus dan
langsung menuju kos-kosan untuk siap-siap pergi nonton. Hari itu ada jadwal
untuk nonton di bioskop sekaligus belajar proses pembuatan film.
Sesampai di kos, saya mulai mebuka
kontak HP dan mencari nomornya sepupuku dan menelfonnya. “tuuuut… tuuuut..tuut…
Halo kenapako dedi?” kata ilyas sepupuku. “ada ji Otto di kosmu?”
“iya .. adaji, kenapai? Tanya ilyas
“mauji naantar ke MP (Mall
Pannakukang) sore ini?”
“iya.. mauji katanya”. “Kalau begitu
aku tunggu pukul 14:30 di kosku”.
Pukul 14:45 terdengar suara glatson
motor di depan kosku. Saya keluar mengecek, sampai diluar ternyata Otto sudah
sampai. “Ayomi berangkat” kata Otto. “Tunggumi sebentar ganti bajuka dulu”
Dan kami pun berangkat. Seusai mengantar
saya Otto pun langsung balik. Saya mulai melangkahkan kakiku menuju btempat
parkeir dan terlihat deretan mobil dan motor dengan berbgai macam warna dan
type terparkir secara rapi.
Di tempat ini saya bertemu dengan
beberapa teman yang lain, yaitu Devi, Ervin, Hijer dan Wawaw. Setelah sampai di
studio XXI, terlihat beberapa antrian penonton di loket pengambilan karcis.
Sore itu studio XXI terlihat tampak ramai. Dari pojok sebelah kanan ternyata
sudah ada teman yang datang lebih awal dan menunggu dari tadi, mereka duduk
disebuh sofa entah apa yang mereka ceritakan. Salah seorang teman bertanya
“Mana Supriadi?”
“saya juga tidak tahu, saya kira
supriadi sudah ada disini karena SMSnya menyuruh kita kumpul 14:30 disini”
semua hanya terdiam. Berkali-kali saya telfon supriadi tapi tidak
diangkat-angkat juga. Sempat agak kesal sih, karena molor cukup lama dari waktu
yang ditentukan.
“titit…titi.., titit.. titit..” HPku berdering
tanda ada SMS masuk. Itu SMS dari supriadi, yang memberitahukan bahwa tempat
nontonnya di Studio 21. Berbeda dengan XXI, studio 21 tampak lebih ramai lagi,
karena hari itu bertepatan dengan pemutaran perdana film BOMBE. Terlihat
antrian panjang di beberapa loket pengambilan tiket.
Tak lama kemudian pak Asnawin (Dosen kami)
tiba di studio 21. Waktu itu hamper menjelang magerib Loket pemjualan tiket pun
ditutup. Karena waktu shalat magrib sudah hampir tiba, kami memutuskan untuk
nontonnya dimulai pukul 19:00. Dan memilih tempat yang pertama yaitu XXI.
Karena waktu ditunda sampai jam 7 malam, Pak Asnawin pamit untuk pergi mandi
dulu. Sementara Pak Asnawin pergi mandi, kami langsung menuju XXI.
Waktu shalat magrib telah tiba,
setelah selesai memesan tiket saya bersama Supriadi mencari musallah untuk
shalat magrib
Pukul 19:00, terdengar suara pengumuman
bahwa seluruh penonton studio 2 agar masuk dan mengisi tempat duduk sesuai dengan nomor tiket
karena film INTERSTELLAR akan segera di putar. Mendengar pengumuman tadi, kami
pun beramai-ramai masuk dan mencari tempat duduk sesuai dengan nomor kursi yang
terdapat di tiket. Dan inilah kali pertama saya nonton di bioskop.
Satu persatu deretan kursi saya cek
dan mencocokkan dengan nomor kursi yang terterah di karcis. Setelah berjalan
beberapa langkah saya berhenti di deretan kursi dengan huruf E. dan saya
mencari nomor kursi E13, stelah berjalan bebrapa langkah kesebelah kanan saya
pun menemukan kursi dengan nomor E13 dan langsung duduk. Disbelah kiri saya ada
wahyu dengan nomor kursi E14 dan disebelah kanan saya ada supriadi (ketua
tingkat jurnalistik A).
Pemutaran film INTERSTELLAR akan
dimulai beberapa menit lagi, sebelem pemutaran filem INTERSTELLAR, itu di isi
pemutaran trailer-trailer film terbaru, ketika muncul trailer film Jokowi dari
sebelah kanan saya terdengar suara ketawa dari salah seorang penonton
“ha..ha..ha..hah… deeh gantengnya jokowi”.
Pukul 19:15 tepat, film dengan judul
INTERSTELLAR dimulai lampu studio dimatika, suasana agak menjadi lebih gelap,
hanya cahaya layar yang menyinari ruangan pada malam itu. Suara audio film
menggelagarkan studio 2, semua kursi terasa begetar bagaikan ada gempa
kecil-kecilan yang terjadi. Malam itu kami bukan hanya sekedar nonton, tapi
kami diberi tugas untuk memperhatikan dibalik proses pembuatan film tersebut.
Film ini bercerita tentang badan
antariksa nasional Amerika Serika atau NASA, yang mengirim beberap astronot
keluar angkasa untuk melakukan penelitian. Yang luar bisa dari prodiksi filem
ini adalah penggunaan efek sound atau suara, misalnya ketika peluncuran roket
keluar angkasa suaranya dan efek getarannya terasa sampai di tempat duduk,
seakan-akan kita berada didekat peluncuran roket tersebut. Dan dari semua yang di tayangkan tak sedikit pun
yang kentara hasil editingnya, dari pengelihatan saya semua terasa nyata.
Dalam hati saya bertanya-tanya
“bagaimana sih proses pengambilan gambarnya? Bagaimana cara pengeditannya dan
berapa kamera yang digunakan dalam pengambilan satu adegan?”
Dan yang paling mengherankan ketika
para astronot ini sampai di sebuah planet dan mendaratkan pesawatnya di lautan.
Ketika datang ombak besar yang menyeret salah satu temannya, ombak itu terlihat
sungguhan. Saya juga tidak tahu bagaiman proses pembuatan filmnya sehingga
terlihat nyata. Seharusnya Indonesia harus banyak belajar dari Negara-negara
maju agar filem Indonesia lebih berkualitas lagi.
Kurang lebih 3 jam film INTERSTELLAR
diputar, dan saya tidak bisa menyaksikan secara jelas pada 1 jam pertama dari
film tersebut karena sempat ketiduran. Rasa
lapar dan rasa cape membuat mata berat sekali untuk terbuka, saya sudah
berusaha agar tidak ketiduran tapi rasa kantuk itu terlalu kuat untuk saya
lawan dan tenapa terasa mata ini terpejam. Sesekali sempat terbangun ketika mendengar suara ketawa penonton yang
ada di sebelah kanan saya.
Pukul 21:00 HPku berdering, itu telfon
dari kakak saya yang sedari tadi menunggu di tempat parkir. “Halo..!, selesaimi kah?” kakak saya sudah
mulai bosan menunggu. “tunggumi.! Hampirmi selesai filmnya”. Hingga akhirnya
film selesai, dan saya perhatikan bukan hanya saya saja yang tertidur, bahkan
ada yang baru bangun ketika mendengar suara gerak gerik penonton yang
meninggalkan kursinya yang siap untuk pulang.
HP saya tak henti-hentinya bergetar
di kantonng, beberapa panggilan tak terjawab. Kakak saya yang dari tadi
menunggu terus menelfon. Itu karena ketidak sabaran dia karena dari beberapa
jam lalu menunggu. Kami balik dari MP sekitar jam 10 malam.
……………………”
Komentar
Posting Komentar